Baru Saja Terjadi !! Tolak Gencatan Senjata, Ribuan Rudal Balistik Iran Bombardir Ibu Kota Israel

Dunia kembali diguncang oleh kabar mengejutkan yang datang dari kawasan Timur Tengah. Dalam perkembangan yang sangat dramatis, Iran meluncurkan ribuan rudal balistik ke arah ibu kota Israel, Yerusalem, serta kota-kota besar lainnya, sebagai bentuk penolakan terhadap usulan gencatan senjata yang diajukan oleh komunitas internasional. Serangan besar-besaran ini menandai eskalasi konflik yang paling serius antara kedua negara dalam beberapa dekade terakhir.

Awal Serangan: Langit Yerusalem Dipenuhi Kilatan Api

Serangan dimulai pada dini hari waktu setempat, saat sebagian besar penduduk Yerusalem masih terlelap. Sirene peringatan serangan udara mulai meraung di seluruh kota, memaksa ribuan warga bergegas menuju tempat perlindungan atau ruang bawah tanah. Dalam hitungan menit, langit di atas kota dipenuhi oleh cahaya kilatan rudal dan sistem pertahanan udara yang berusaha menangkisnya.

Sumber militer Israel menyebutkan bahwa lebih dari 1.200 rudal balistik telah ditembakkan dari wilayah Iran dan Suriah. Rudal-rudal tersebut menargetkan instalasi militer, pusat pemerintahan, dan fasilitas sipil di Yerusalem, Tel Aviv, dan Haifa. Serangan tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Iran secara terbuka menolak tawaran gencatan senjata yang diajukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa negara besar dunia.


Iron Dome Kewalahan, Beberapa Rudal Tembus Pertahanan

Meskipun sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, berhasil mencegat sebagian besar rudal yang datang, beberapa di antaranya berhasil menembus lapisan pertahanan dan menghantam wilayah padat penduduk. Sebuah rudal dikabarkan jatuh di dekat Gedung Parlemen Israel (Knesset), menyebabkan kerusakan pada bangunan sekitarnya dan melukai beberapa orang.

Ledakan juga dilaporkan terjadi di bandara Ben Gurion, yang menyebabkan gangguan besar pada jalur penerbangan internasional. Banyak penerbangan dibatalkan atau dialihkan ke negara tetangga seperti Yordania dan Siprus. Rumah Sakit Hadassah di Yerusalem menerima puluhan korban luka, termasuk beberapa dalam kondisi kritis.

Kementerian Kesehatan Israel mengeluarkan pernyataan darurat, meminta semua rumah sakit untuk bersiap menghadapi kemungkinan gelombang korban berikutnya jika serangan berlanjut.


Alasan Penolakan Gencatan Senjata oleh Iran

Dalam siaran langsung dari Teheran, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Iran menolak gencatan senjata karena menganggap Israel tidak menunjukkan itikad baik untuk mengakhiri “pendudukan dan agresi”. Ia juga menuduh Israel melakukan kejahatan kemanusiaan di Palestina dan menegaskan bahwa Iran tidak akan tinggal diam melihat penderitaan rakyat Palestina.

“Selama rezim Zionis terus melakukan penjajahan, kami akan terus memberikan perlawanan. Hari ini adalah hari pembalasan,” ujar Khamenei dalam pidatonya.

Pemerintah Iran juga menuduh Amerika Serikat dan negara Barat lainnya bersikap tidak adil dengan selalu membela Israel dalam setiap konflik, tanpa mempertimbangkan penderitaan warga sipil di Gaza dan Tepi Barat.


Reaksi Israel: Janji Balas Serangan

Perdana Menteri Israel segera mengadakan rapat darurat bersama menteri-menteri senior dan para panglima militer. Dalam pidatonya yang ditayangkan secara nasional, ia menyatakan bahwa Israel tidak akan tinggal diam menghadapi serangan brutal dari Iran.

“Kami dalam keadaan perang. Iran telah melancarkan serangan terbesar dalam sejarah terhadap bangsa Yahudi sejak Perang Dunia II. Kami akan membalas dengan kekuatan penuh, dan kami akan pastikan mereka membayar mahal untuk tindakan ini,” ujar sang Perdana Menteri dengan nada tegas.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dikabarkan telah mulai membalas serangan dengan meluncurkan rudal presisi ke instalasi militer Iran di wilayah barat negara tersebut. Beberapa jet tempur Israel juga dilaporkan telah melintasi Irak dan Suriah menuju sasaran di Iran, menunjukkan bahwa konflik ini bisa berkembang menjadi perang terbuka.


Kondisi Warga Sipil: Ketakutan dan Kekacauan

Di jalan-jalan Yerusalem, suasana mencekam terasa nyata. Warga terlihat panik, mencari tempat perlindungan, sementara suara sirene terus terdengar di kejauhan. Banyak keluarga menghabiskan waktu di ruang perlindungan bawah tanah, membawa persediaan makanan dan air minum untuk bertahan.

Supermarket dan apotek dipenuhi oleh warga yang mencoba membeli kebutuhan pokok. Beberapa toko menutup lebih awal karena khawatir akan serangan lanjutan. Layanan transportasi umum dihentikan sementara, dan sekolah serta kantor pemerintahan diliburkan.

Di sisi lain, banyak komunitas internasional di Israel—termasuk warga negara asing, mahasiswa, dan diplomat—berusaha meninggalkan negara itu. Bandara penuh sesak, dan tiket penerbangan ke luar negeri melonjak tajam.


Reaksi Internasional: Kekhawatiran Akan Perang Regional

PBB, Uni Eropa, dan berbagai negara dunia mengecam keras serangan ini dan menyerukan segera dilakukan gencatan senjata. Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel, menyatakan solidaritas penuh dan mengirim kapal perang tambahan ke Laut Tengah sebagai bentuk dukungan.

Presiden AS menyatakan:
“Kami berdiri bersama Israel. Serangan terhadap Yerusalem adalah serangan terhadap stabilitas dan keamanan global. Kami menyerukan Iran untuk menghentikan tindakan militernya segera.”

Namun, negara-negara seperti Rusia dan China lebih berhati-hati dalam pernyataannya. Mereka meminta kedua belah pihak menahan diri dan mendorong solusi diplomatik.


Kemungkinan Eskalasi: Dunia di Ujung Tanduk

Analis militer memperingatkan bahwa situasi ini bisa berkembang menjadi perang regional besar-besaran jika tidak segera ditangani. Keterlibatan negara-negara seperti Lebanon (melalui Hezbollah), Suriah, dan bahkan milisi pro-Iran di Irak dapat memperluas cakupan konflik.

Israel telah memanggil cadangan militer dan mengaktifkan sistem pertahanan tambahan, seperti David’s Sling dan Arrow, untuk mengantisipasi serangan jarak jauh. Warga Israel juga diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi “hari-hari sulit ke depan”.


Penutup: Harapan Akan Perdamaian di Tengah Kengerian

Serangan ribuan rudal balistik Iran terhadap ibu kota Israel telah mengubah peta konflik Timur Tengah secara drastis. Ketegangan antara kedua negara kini berada pada titik tertinggi, dan dunia menyaksikan dengan cemas bagaimana situasi ini akan berkembang.

Meskipun suara rudal dan sirene masih mengisi langit, harapan akan perdamaian tetap hidup di hati banyak orang. Di tengah reruntuhan dan ketakutan, suara-suara damai—baik dari pemimpin dunia maupun masyarakat sipil—masih terus menyerukan penghentian kekerasan.

Akhir dari konflik ini belum terlihat, namun satu hal jelas: dunia tidak bisa lagi berpaling dari realitas peperangan ini. Saatnya diplomasi dan kemanusiaan mengambil alih sebelum api perang membakar lebih luas lagi.